Langkah Presiden Prabowo Subianto yang menunjuk Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan diapresiasi Halimah Munawir pemilik Rumah Budaya HMA di Desa Kuta, Megamendung, Puncak - Bogor.

Hal itu bukan mereka sama – sama warga Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Tetapi karena sosok Fadli Zon yang memang punya kepedulian terhadap pelestarian budaya Indonesia.

“Saya salah satu orang yang sangat bersyukur dengan adanya Kementerian Kebudayaan dalam Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo, yang Alhamdulillah Menterinya adalah Fadli Zon yang kami kenal sebagai sosok yang sangat peduli pada perkembangan dan pelestarian budaya,” ucap Halimah Munawir kepada wartawan, Senin (16/12/24).

Wanita yang juga salah satu Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS) ini menuturkan bahwa adanya pertemuan budayawan terutama dari Sunda dengan Fadli Zon beberapa hari lalu harus dilakukan secara berkesinambungan agar dapat memelihara dan melanjutkan apa yang telah dibuat oleh para pinisepuh atau pakar Sunda. Misalnya buku tentang permainan anak yang dapat diolah menjadi sebuah kewajiban bagi anak-anak untuk mempermainkannya kembali dengan regulasi dari pemerintah,” tutur Halimah Munawir.

Ketua Umum Obor Sastra ini juga tak lupa, menyerahkan dua karya sastranya, yaitu buku berjudul “PADMI: Calon Permaisuri yang Terbuang” dan “Untaian Kata untuk Dewi Sartika” (Antologi Puisi dan Opini).

“Khusus buku Untaian kata untuk Dewi Sartika, diantaranya di tulis oleh Dr. Erwan S Kusumaatmaa, Dr. Nina Kurnia Hikmawati, Usep Nukliri, Dr. Faisal, Rini Intama, Bambang Wodiatmoko, Rahmat Iskandar dan lain- lain. Penyerahan buku kepada Menteri Kebudayaan Fadli Zon, tentunya untuk menambah literasi dan menunjukkan kekayaan kebudayaan Indonesia,” ungkapnya.

Halimah Munawir menjelaskan kebudayaan dan sejarah jangan dilupakan, serta harus terus dipelihara secara berkesinambungan, baik melalui literasi atau giat seni budaya.

“Buku Untaian Kata untuk Dewi Sartika adalah diantara buku yang mengenang tentang sosok para pejuang yang telah banyak berjasa bagi bangsanya, yaitu Dewi Sartika,” jelasnya.

 

https://www.inilahkoran.id/apresiasi-fadli-zon-ini-harapan-pemilik-rumah-budaya-hma-megamendung-usai-serahkan-buku-untaian-kata-untuk-dewi-sartika

https://www.radardepok.com/nasional/94614159044/serahkan-buku-untaian-kata-untuk-dewi-sartika-pemilik-rumah-budaya-hma-megamendung-ungkapkan-harapannya-kepada-fadli-zon

https://bogorupdate.com/home/pemilik-rumah-budaya-hma-megamendung-serahkan-buku-untaian-kata-untuk-dewi-sartika-ke-fadli-zon-ini-harapanya/

https://patadaily.id/pages/halimah-munawir-bersyukur-kabinet-prabowo-ada-menteri-kebudayaan

https://wartakota.tribunnews.com/2024/12/16/tunjukkan-kekayaan-kebudayaan-indonesia-halimah-serahkan-dua-buku-karyanya-kepada-fadli-zon

Berdasarkan perjalananan perjuangan beberapa tahun belakangan ini maka dicatatkan beberapa
tokoh yang dianggap pantas menjadi anggota Dewan Kasepuhan/Pinisepuh Sunda. Daftar
nama dibawah ini merupakan nama-nama Pinisepuh yang telah menyatakan kesediaan(kasayogian)
kepada Badan Pekerja dan telah ditetapkan untuk menjadi Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda, nama
disusun berdasarkan urutan abjad nama. Adapun hasil dari Musyawarah Munggaran Majelis
Musyawarah Sunda Minggu, 13 Oktober 2024 di Lt-4 Gedung II Kampus Universitas Padjadjaran telah
juga menetapkan 13 Pinisepuh Pamangku Sunda sebagai Presidium Majelis Musyawarah Sunda (Bukti
dokumen terlampir di Lampiran Musyawarah Munggaran) dan menetapkan bahwa jumlah Pinisepuh
Majelis Musyawarah Sunda maksimal berjumlah 99 orang.


I. PINISEPUH PAMANGKU SUNDA
1. Dr. (HC) Ir. Burhanuddin Abdullah, MA (Pinisepuh Pamangku Sunda I)
2. Laksamana TNI (Purn) Dr.H.R.M. Ade Supandi.S.E., M.AP (Pinisepuh Pamangku Sunda
II)
3. Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA (Pinisepuh Pamangku Sunda III)
4. Irjen Pol (Purn) Taufiequrachman Ruki, SH. (Pinisepuh Pamangku Sunda IV)
5. H. Zainudin, SH, MH (Bang Oding) (Pinisepuh Pamangku Sunda V)
6. DR. (Hc) Hj. Halimah Munawir (Pinisepuh Pamangku Sunda VI)
7. Dindin S Maolani., SH (Pinisepuh Pamangku Sunda VII)
8. Drs. H. Nu'man Abdul Hakim (Pinisepuh Pamangku Sunda VIII)
Majelis Musyawarah Sunda (MMS)
Sekretariat : Gedung Pusat Digitalisasi & Pengembangan Budaya Sunda Jalan Dipati Ukur No.46 Bandung – Jawa Barat Indonesia 40132
9. Sri Radya HR Ikik Lukman Soemadisoeria (Pinisepuh Pamangku Sunda IX)
10. Dr. Ernawan S Koesoemaatmadja. M.Psi., MBA., CIQA., CQM., CPHRM.
(Pinisepuh Pamangku Sunda X)
11. Prof. Dr. Didin S. Damanhuri (Pinisepuh Pamangku Sunda XI)
12. Prof. Dr. Ir. H. Agus Pakpahan, M.S. (Pinisepuh Pamangku Sunda XII)
13. KH. Ayi Hambali (Pinisepuh Pamangku Sunda XIII)

 

https://search.app/AvuPRm9iUzrxkU4s6

Ini Daftar 13 Pinisepuh Pamangku Sunda Yang Baru Ditetapkan

Ini Daftar 13 Pinisepuh Pamangku Sunda Yang Baru Ditetapkan
 
 

INILAHKORAN, Bogor - Sebanyak 13 Pinisepuh  Pamangku Sunda periode 2024 - 2026 ditetapkan Majelis Musyawarah Sunda (MMS) di Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sundab (PDBPS) Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) Kota Bandung akhir pekan kemarin.

13 orang Pinisepuh Pamangku Sunda terdiri dari 6 orang Pinsepuh yang merespresentasikan daerah, 3 orang yang mewakili fungsionsl ( adat, agama dan wanita ) dan 4 pinisepuh yang berdomisili di Bandung Raya.

13 Pinisepuh Pamangku Sunda tersebut ialah Burhanudin Abdullah, Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi, Ganjar Kurnia, Irjen Pol (Purn) Taufiqurrahman, Zaenudin, Halimah Munawir, Dindin S Maulani, Numan Abdul Hakim, Ikik Lukman, Ernawan S, Didin S Damanhuri, Agus Pakpahan dan Ayi Hambali.

Halimah Munawir, Sastrawati dan owner dari Rumah Budaya HMA yang berlokasi di Desa Kuta, Megamendung, Kabupaten Bogor menuturkan sebagai Pinisepuh yang mewakili wanita atau perempuan mengatakan bahwa  hak dan peran wanita ada dalam Undang - Undang Dasar (UUD) 1945

"Di tanah Sunda banyak wanita berprestasi baik yang duduk di pemerintahan, legislatif, maupun swasta dan seni budaya. Bahkan sebagai pahlawan nasional seperti Raden Dewi Sartika hingga suatu kewajaran bahwa kaum wanita ada di MMS selaku Pinisepuh Pamangku Sunda," tutur Halimah Munawir kepada wartawan, Senin, 14 Oktober 2024.

Wakil Ketua Iwapi Daerah Khusus Jakarta ini menuturkan jikalau boleh dirinya mengutip apa yang di katakan Penyair Indonesia Willibrordus Surendra Broto Narendra atau akrab disapa WS Rendra dalam tulisannya Menyambut Dewi Sartika.

"Bahwa eksistensinya pahlawan nasional Dewi Sartika, kata WS Rendra sebagai seorang  aktifis perintis pendidikan untuk kaum wanita beliau memiliki naluri yang tajam dengan integritas kepribadian yang tinggi. Lalu cucu dari Bupati Bandung Raden Adipati Aria Martanagara tersebut mampu membangun berstrategi dan keseimbangan dalam totalitas aksi-reaksi. Namun yang saya pertanyakan mengapa justrul Raden Ajeng Kartini yang lebih populer hingga adanya Hari Kartini yang di jadikan event tahunan," tuturnya.

Editor : Reza Zurifwan

Copyright 2024 InilahKoran - All Rights Reserved.

Wanita Sunda ini memiliki pemikiran bak pisau baru diasah. Cemerlang dan tajam. Usianya yang muda kala itu, Raden Dewi Sartika di lingkungan teman temannya sangat
menonjol berperan sebagai seorang guru. Dari belahan timur kota Bandung, Jawa Barat, tepatnya desa Cicalengka, seorang Dewi pembuka jendela dunia bagi kaum miskin terlahir. Dialah Raden Dewi Sartika. Tepatnya lahir 4 Desember 1884. Kehadirannya bagai Dewi khayangan yang turun ke bumi, dengan cahya mentari.

Raden Dewi Sartika, perempuan sunda dari buah cinta pasangan bangsawan, yakni Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Sebagai keturunan bangsawan, Raden Dewi Sartika jauh dari kata sombong. Kenikmatan dan anugerah lahir sebagai anak bangsawan yang di dapatinya, tidak membuat otaknya kerdil bagai katak dalam tempurung. Tidak! Pemikiran orang tuanya yang modern menerpa dirinya untuk mendobrak kebodohan wong cilik bukan memperalatnya sebagaimana kebanyakan orang yang setara dengannya. Di usianya yang muda kala itu, Raden Dewi Sartika di lingkungan teman temannya sangat menonjol berperan sebagai seorang guru. Bahkan kemampuannya mengajar ditunjukan sangat dasyat sehingga desa Cicalengka digegerkan dengan banyaknya anak-anak pembantu kepatihan dapat baca tulis bukan hanya dalam bahasa Indonesia namun beberapa pepatah dalam bahasa Belanda. Perjuangannya untuk mencerdaskan anak bangsa, khususnya ”wong cilik” yang pada waktu itu sangat sulit mengecap pendidikan, kian menggebu. Hingga dapur di sulapnya menjadi ruang belajar. Potongan genteng dijadikannya sebagai alat tulis. Kemudian seiring perjalanan waktu, yang di ajarkan bukan lagi hanya anak pembantu kepatihan melainkan juga para istri yang buta huruf, khususnya dari kalangan bawah.

Atas upaya yang dilakukan seorang Raden, Dewi Sartika pun mendapat julukan Djuragan Ageung Cicalengka dan pada usia 35 tahun Sekolah Kaoetamaan Isteri yang di dirikannya. Pada 1 Desember 1966 gelar kepahlawanan pun di sandangnya. Atas kiprah dan perjuangannya mendirikan sekolah untuk kaum perempuan pertama, Raden Dewi Sartika pun mewakili perempuan tanah sunda menjadi pahlawan perempuan nasional diantara 16 perempuan pahlawan lainnya. Atas Kiprah Raden Dewi Sartika, obor kaum perempuan untuk memperdayakan diri menjadi melek tulis baca. dampaknya sampai sekarang menjadi sangat dasyat untuk kesetaraan kaum perempuan tanpa pandang miskin dan kaya.

OBOR SASTRA, salah satu komunitas yang sangat peduli literasi mengajak siapa saja untuk kreatif menulis, terinspirasi untuk memberikan UNTAIAN KATA UNTUK DEWI SARTIKA dalam sebuah buku yang di tulis secara bersama, akademisi, budayawan dan sastrawan dalam bentuk puisi dan opini.

Dengan diterbitkannya buku ini diharapkan membuka cakrawala dan melawan lupa bahwa banyak pahlawan perempuan di Indonesia dalam memberi pencerahan untuk kaumnya agar dapat membuka jendela dunia dan dapat meraih kesetaraan. Salah satunya adalah Raden Dewi Sartika, pahlawan perempuan dari tanah Sunda. Semoga langkah kecil ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Salam literasi.
Duren Sawit, 2024
Halimah Munawir
Ketua Umum Obor Sastra

Halimah Munawir, lahir di Cirebon, 18 - 01 - 1964.

Penggiat seni budaya , Wirausaha, penulis dengan karyanya antara lain:

• Fotobiografi : MbokBerek (2006) dan Suskses Story Nila Sari (1988).


• Novel : The Sinden (2011-Gramedia) Sucinya Cinta Sungai Gangga (2013- Gramedia) Sahabat Langit (2014-Gramedia), Kidung Volendam (2017-Gramedia), PADMI (2024 - Balai Pustaka.)


• Sehimpun Puisi Bilingual “Bayang Firdaus” (2021 – diomedia) , AKAR (2020 - Y.AKSI)


• Menulis bersama untuk :
Buku Masalah Masalah Pembangunan dan Agama Dalam Kekerasan bersama Kelompok Studi Proklamasi. Antologi Puisi bersama Penyair Nusantara (Jakarta dan Betawi), Ragam pakar dan penulis untuk Love and Life in The Era of Corona, Idealisme dan Kearifan Arief Budiman, Denny JA di mata Sahabat, Buku respon pakar dan penulis karya Denny JA Menggali Makna Hidup. Corona Pergi Oleh Puisi bersama Penulis Aliansi Dunia, Ibuku Surgaku (Kosa Kata Kita), Setelah SAPARDI Pergi
( Diomedia) Ibu , Kata Kata Terindah Tentang Ibuku (Diomedia), Kumpulan Puisi (Mitra Seni Indonesia), Antologi puisi bersama 93 Penyair Membaca Indonesia (Teras Budaya Jakarta) , 77 Penyair Membaca Pahlawan (Teras Budaya Jakarta), Sulur Kembang Sri Tanjung -Kumpulan Puisi Folklor Banyuwangi (Diomedia), Titik Mangsa Lahirnya Peradaban Bangsa (Perusa) . Aku Presiden (Taresia), Fajar Baru Anwar Ibrahim (Iris Publishing), Jakarta Kota Literasi (Taresia), Ijen Purba (Jambore Sastra Asia Tenggara).


• Menulis cerpen dan puisi di Cakradunia.co dan Sastra Semesta.